Kabar mengejutkan datang dari Amerika Serikat ketika seorang staf Kedutaan Besar Israel tewas akibat penembakan brutal. Kejadian ini tidak hanya mengguncang publik AS, tetapi juga menambah ketegangan dalam hubungan diplomatik yang sudah memanas. Foto-foto detik-detik penembakan beredar luas di media sosial, menggambarkan suasana mencekam yang terjadi di lokasi kejadian.
Anggota kelompok Misaskim membersihkan darah dari tanah lokasi staf Kedutaan Israel tertembak mati, di dekat Museum Yahudi di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (22/6/2024) waktu setempat. (REUTERS/Evelyn Hockstein)
Jumat (23/5/2025), staf yang terbunuh adalah Yaron Lischinsky dan Sarah Milgrim. Mereka adalah pasangan kekasih
Keduanya menghadiri sebuah acara untuk para profesional muda di Museum Yahudi Ibu Kota yang diselenggarakan oleh Komite Yahudi Amerika. Penembakan itu berawal ketika mereka keluar dari museum pukul 21.00 waktu setempat.
Tersangka yang teridentifikasi oleh polisi DC sebagai penduduk asli Chicago berusia 30 tahun, Elias Rodriguez. Tersangka sempat berpura-pura menjadi penonton setelah penembakan itu.
Ketika petugas keamanan menahannya, Rodriguez mengeluarkan keffiyeh merah-syal tradisional Timur Tengah-dan mulai meneriakkan “Bebaskan Palestina.” Dia terus meneriakkan slogan tersebut bahkan ketika petugas penegak hukum mengeluarkannya dari gedung. Kemudian, Rodriguez mengiring polisi ke tempat di mana ia membuang senjatanya.
Para pejabat Israel mengidentifikasi para korban sebagai Yaron Lischinsky, seorang warga negara Israel dan asisten peneliti, dan Sarah Milgrim, yang bertanggung jawab untuk mengatur kunjungan dan delegasi ke Israel.
Menurut duta besar Israel untuk Amerika Serikat, keduanya akan segera bertunangan. Lischinsky terlaporkan telah membeli sebuah cincin pada awal minggu ini, dan berencana untuk melamar di Yerusalem pada minggu berikutnya.
Unggahan terbarunya adalah unggahan ulang dari diplomat Israel Amir Weissbrod, yang mengkritik peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai risiko yang terhadapi 14.000 bayi Palestina di Gaza sebagai “pencemaran nama baik.”