Perkembangan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia saat ini didominasi oleh mobil listrik berbasis baterai (BEV/Battery Electric Vehicle). Namun, teknologi lain seperti Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) atau mobil listrik hidrogen masih sangat terbatas. Periklindo (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia) menilai bahwa adopsi mobil hidrogen di Tanah Air masih membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan BEV.
Apa Itu Mobil Listrik Hidrogen?
Mobil hidrogen atau FCEV menggunakan sel bahan bakar (fuel cell) yang mengubah hidrogen menjadi listrik untuk menggerakkan motor elektrik. Keunggulannya:
- Isi ulang lebih cepat (3-5 menit, mirip BBM konvensional).
- Jarak tempuh lebih jauh (500-700 km per pengisian).
- Emisi nol polusi (hanya mengeluarkan uap air).
Namun, mengapa teknologi ini belum populer di Indonesia?
Tantangan Pengembangan Mobil Hidrogen di Indonesia
1. Infrastruktur Pengisian Hidrogen yang Minim
- Stasiun pengisian hidrogen (hydrogen refueling stations/HRS) masih sangat jarang, bahkan belum tersedia secara komersial.
- Investasi pembangunan HRS sangat mahal dibandingkan stasiun pengisian listrik biasa.
2. Harga Kendaraan yang Masih Tinggi
- Mobil FCEV seperti Toyota Mirai atau Hyundai Nexo memiliki harga jauh lebih mahal daripada BEV.
- Biaya produksi hidrogen hijau (green hydrogen) juga belum kompetitif.
3. Regulasi dan Dukungan Pemerintah
- Indonesia masih fokus pada pengembangan BEV dengan insentif seperti PPnBM 0% dan subsidi baterai.
- Belum ada kebijakan khusus untuk mendukung industri hidrogen dalam sektor otomotif.
4. Pasokan dan Produksi Hidrogen Hijau
- Sebagian besar hidrogen saat ini diproduksi dari bahan bakar fosil (grey hydrogen), yang tidak ramah lingkungan.
- Pengembangan hidrogen hijau (dari energi terbarukan) masih dalam tahap awal.
Prospek Mobil Hidrogen di Masa Depan
Meski masih banyak tantangan, potensi mobil hidrogen di Indonesia tetap ada, terutama untuk:
- Kendaraan komersial seperti bus dan truk yang membutuhkan jarak tempuh panjang.
- Ekosistem hidrogen hijau jika Indonesia serius mengembangkan energi terbarukan.
Periklindo memperkirakan bahwa adopsi FCEV baru akan signifikan dalam 10-15 tahun ke depan, seiring dengan kesiapan infrastruktur dan kebijakan pendukung.
Mobil listrik hidrogen menawarkan solusi ramah lingkungan dengan isi ulang cepat dan jarak tempuh jauh. Namun, Periklindo menegaskan bahwa Indonesia masih perlu waktu untuk menyiapkan infrastruktur, regulasi, dan pasokan hidrogen hijau sebelum teknologi ini bisa bersaing dengan BEV.
Apakah Anda tertarik dengan mobil hidrogen? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!